Sponsors

Kamis, 14 November 2013

Ini Peringatan Kulminasi Matahari di Bumi Khatulistiwa

Wisatawan lokal dan mancanegara berduyun-duyun mendatangi Tugu Khatulistiwa di Jalan Khatulistiwa Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin 23 September 2013. Mereka ingin menyaksikan peristiwa langka, yakni kulminasi matahari.

Terik panas matahari tak menyurutkan ribuan masyarakat untuk datang menyaksikan fenomena alam yang hanya terjadi dua kali dalam setahun yakni antara 21-23 Maret dan 21-23 September. Tepat pukul 11.35 WIB, bunyi petasan yang disulut sinar matahari menggunakan kaca pembesar (lup) meledak-ledak. Petasan ini menandai matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, kulminasi matahari.

Selain pertunjukan petasan, panitia juga mempertontonkan fenomena alam, yakni telur yang berdiri tegak. Selain itu, putaran air berlawanan dengan arah jarum jam.

Wali Kota Pontianak Sutarmidji meminta fenomena alam yang istimewa itu tak hanya diperingati sekedar seremonial. Lebih lanjut, imbuhnya, fenomena itu harus digali dan dikaji mendalam karena para ahli belum berhasil mengungkapnya. 
"Di daerah lain sulit untuk membuat telur bisa berdiri tegak, tetapi di sini begitu mudah melakukannya," kata dia. Dia yakin, rahasia alam itu terungkap secara alamiah.

Titik kulminasi matahari merupakan fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa atau nol derajat. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi.

Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan menghilang beberapa detik saat diterpa sinar matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Tak banyak negara yang dilintasi garis khatulistiwa. Kalaupun ada, letaknya tidak berada di tengah-tengah kota. Kota Pontianak menjadi satu-satunya kota yang dilintasi garis khatulistiwa di antara negara-negara lainnya.

Tujuan wisata
Wali Kota juga meminta semua pihak yang bergerak di bidang pariwisata memanfaatkan fenomena alam kulminasi matahari di Pontianak tersebut. “Silakan menjadi penyelenggara. Pemkot hanya menjadi fasilitator saja. Ini dimaksudkan supaya semuanya sesuai keinginan dan kondisi pasar pariwisata yang ada,” katanya.

Selain itu, Sutarmidji juga sudah meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menciptakan suatu alat atau model peraga supaya masyarakat bisa menyaksikan detik-detik kulminasi dengan mata telanjang lebih nyaman.

“Kalau alat yang ada saat ini hanya bisa disaksikan dari dua sisi. Seharusnya bisa disaksikan dari segala sisi sehingga semua bisa menyaksikan detik-detik matahari berkulminasi,” jelasnya.

Ke depan, Pemkot Pontianak akan menata kawasan Tugu Khatulistiwa menjadi ruang publik yang nyaman bagi masyarakat maupun wisatawan yang datang berkunjung dengan membangun taman. “Saya berharap ini menjadi salah satu aset wisata yang bisa menjadi unggulan di Kota Pontianak ini,” ujarnya.

Pemkot pun menampung ide-ide kreatif yang memiliki nilai jual, terutama dari kalangan muda. “Sehingga mereka bisa menjadikan keberadaan Tugu Khatulistiwa ini sebagai satu aset ekonomi yang perlu terus ditumbuhkembangkan,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar